CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 05 Mei 2012

Berhenti Di Kamu


Tiap aku mendengar suara kamu
Rasanya mau bilang iya
Maafkan kamu, terima kamu kembali                                 
Ya, ya,ya aku ingin sekali bilang iya, bilang bahwa aku masih sama seperti hatiku yang dulu, masih memiliki hal yang selalu akan baru dan satu rasa, -suka-, setiap melihat matamu, tak ada rasa yang lain. Lukaku dulu hilang sekejap, berganti dengan bunga-bunga dan petasan-petasan kecil yang memeriahkan kedatangan kamu lagi. Ingin aku maafkan..ingin aku kembali.

Aku tahu kamu sangat menyesal
Walaupun kamu tak menyebut namaku saat pertemuan singkat itu, rasanya aku sudah mendengar kamu memanggil aku dengan sangat keras dalam hatimu. Aku mendengarnya dari bisikan matamu itu, aku mendengar tak hanya namaku yang kau sebut. Ada satu kata yang samar-samar kulihat dari sorotmu yang kerap kau sembunyikan saat aku mengajakmu berceloteh. Rindu, ya walaupun terdengar samar, tapi aku masih bisa merasakannya sedikit. Maaf, hanya sedikit. Karena aku hanya mencurinya sedikit, tak ingin berlebih. Sesal? Ku rasa ada, kasihan? Juga ada. Takut? Banyak. Matamu banyak menunjukan rasa takut. Entah ketakutan apa, aku juga tidak mengerti.

Akupun juga tak sempurna
Ya, akupun tak sempurna, tak akan bisa menebak apa yang ada di balik kelopak matamu itu. Tak bisa mencuri hal yang lebih banyak lagi. Dan sikapmu yang dingin itu membuatku tidak nyaman. Pernah aku bilang, “tinggalin aja, pulang aja, sebentar lagi ini, pasti aku bisa ko sendirian”. Dan kamu hanya menggeleng. Terpaksakah kamu? Sudahlah…
Jalan pikiranmu itu, kadang membuatku putus asa, namun tetap saja pada akhirnya aku ingin mendalami, menyadari banyak logika-logika yang tidak terprediksi sebelumnya ada di pikiranmu.
Aku tak berani lagi mencuri-curi informasi dari matamu. Aku ketakutan. Ya, sangat ketakutan saat itu. Takut kamu membongkar semua isi hatiku lewat mataku yang tidak bisa bohong ini . Pernahkah kamu dengar bahwa mata adalah cerminan hati? Aku percaya, walaupun kamu mengelak, aku akan mengikuti caramu menyembunyikannya, walau sebenarnya aku sudah tahu, aku akan berpura-pura tidak tahu.
Aku putuskan untuk tidak lagi menatap mata saat mengobrol denganmu. Seperti orang bodoh saat itu, tak ada topik yang cocok untuk dibicarakan. Kita mematung dalam kerumunan orang banyak.

Cerita kita tiada yang bisa gantikan
Hhhhhh….ya…dari sisi aku, cerita kita tak akan ada yang bisa gantikan, tak akan ada lagi yang bisa seperti kamu. Kamu hal pertama, rasa pertama, dan harapan pertama sejak aku menginjak remaja. Aku mungkin tak ada artinya dimata kamu. Aku tak lebih dari daun yang jatuh dari pohon yang sempat kau bawa terbang dan kau tinggalkan ditempat antah berantah, yang memaksaku untuk jadi seperti sekarang ini. Spekulasiku tentang kamu terlalu tinggi, dan banyak perkiraanku tentang kamu yang meleset. Aku tau pada akhirnya kecewa yang akan aku dapat. Aku sangat menyadari.

Namun ada satu yang terjadi
Hatiku cinta kamu tapi
Tak bisa mau kembali lagi, ulang semua
Tapi, sesenang apapun aku saat pertemuan itu, aku harus kembali lagi melihat posisi aku yang sekarang ini. Aku sangat menyadari. Setelah kemarau memberi jeda panjang, anginku tak lagi kamu, hujanku tak lagi hujanmu, tanahku tak lagi daerahmu. Aku tidak tahu bagaimana rasanya terbang terbawa angin bebas lepas seperti dulu. Itu dari sisi aku.
Tak bisa, tak bisa mau kembali lagi. Karena takut tak bisa merasakan ketenangan seperti dulu, terlalu takut kamu pergi lagi menyapu dedaunan yang lebih hijau itu. Aku tahu, sangat tahu. Aku tak lebih dari daun tua, tak hijau semerona mereka. Aku terlalu takut. Jika kamu lebih menemukan jati diri dengan tidak bersamaku, bukankah itu akan lebih baik? Jika kamu tidak menemukan kenyamanan dan kepuasan saat dengan aku, semuanya akan sia-sia. Kamu baik, aku juga akan baik walau akan berat, tapi saat aku mengingat bahwa kamu baik-baik saja, aku berharap akan kuat. Ah……

Aku tak mau lukai kamu
Aku menyayangi kamu, terlalu. Tak mau lukai, lebih ke tak ingin jadi bebanmu. Ini caraku menyayangimu. Kau mengerti kan maksud dari beban itu? Tak bisa dideskripsikan. Cuma kamu, aku, dan Tuhan yang tahu. 

Tubuhku butuh kamu
Tapi tak bisa rasa seperti dulu
Tubuhku, hatiku, otakku akan bekerja lebih keras dan bijaksana saat dekat denganmu, saat kamu ada disampingku member impuls positif yang membangun pribadi menjadi sosok yang lebih dewasa dari sebelumnya. Rasa itu masih ada, dan akan selalu ada sampai tua mungkin, tapi tak bisa seistimewa dulu. Tanpamu, awalnya seperti kehilangan kedua tangan dan akal, tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melihat dan berjalan tak tentu arah, dan itu karena kamu. Aku tidak menyalahkanmu atas hal ini. Hanya sekedar menegaskan, bahwa dulu, tidak ada hal yang membuat aku seperti itu selain kamu. Bukan karena orang lain, karena kamu. Aku hanya tertuju padamu, aku setia. Walaupun aku bukan bagian dari hatimu, bukan bagian dari pikiranmu, aku akan terima.

Rusak sudah aku
Aku rusak, patah, parah. Ya, jelas...sangat rusak saat kamu pergi. Pernah kamu kembali lagi dimusim gugur itu, dan harapku masih besar pada saat itu. Aku ingin lagi kau ajak terbang, namun sayang, kamu ulangi tinggalkan aku. Aku sudah tidak bisa menangis. Untuk apa? Karena rusaknya aku? hatiku? Apakah dengan menangis akan membuatmu kembali? Dan aku kembali belajar meski belum bisa tersenyum melihatmu terbang dengan daun-daun itu di musim yang sama. Apapun alasanmu saat meninggalkanku aku malas mendengarnya. Untuk kebaikan aku? kebaikan yang mana? Apakah kamu bisa menjamin dengan aku tidak bersama kamu aku akan bahagia, oh, ayolah, kamu bukan Tuhan.

Kalau ku ingat-ingat lagi sayang
Hatiku berhenti di kamu
Dengan semua yang sudah kita alami bersama, tak salah kan kalau aku bilang aku sudah stuck in you. Senyummu, kebaikanmu, matamu, sentuhmu seperti udara.  Susah sekali aku mengganti peranmu sebagai udara. Aku mati dalam hidup. Aku hidup dalam mati.
Aku selalu membandingkan segala sesuatu hal yang baru dengan kamu. Jika tak seperti kamu, aku tinggalkan. Pembodohan kan? Pembodohan untuk pembelajaran. Belajar untuk menyadari tak akan ada yang sama di dunia ini. Tak ada yang sama, tak ada yang selamanya. Aku beruntung kau tak pernah berkata selamanya. Karena selamanya adalah sesuatu pembodohan. Di dunia ini tak ada yang selamanya. Dunia ini fana, musnah, roboh, tak kekal. Termasuk janji. Aku merasa kamu pernah berjanji, dengan menyebut nama Tuhan yang sangat aku junjung tinggi. Ingatkah kamu? Saat senja itu? Lupa? Sudahlah, aku sudah menduganya.
Ya, hatiku berhenti di kamu.

Cerita kita tiada yang bisa gantikan
You still the best. Sekali lagi, aku katakan cerita kita tidak ada yang bisa gantikan, masa depanku, suamiku nanti, atau siapapun itu. Kamu akan ada di satu tempat, yang harus aku simpan dan jaga baik-baik. Pada akhirnya nanti, kita akan saling mengingat dalam heningnya jeda. Hanya mengingat ,walau mungkin masih ada rindu. Tapi tak untuk memiliki, hanya mengenang. Tak untuk dibicarkan hanya untuk dirasakan. Sesakit dan seburuk atau seindah apapun itu, aku sangat berterimaksih. Karena kamu, matipun aku akan berguna, untuk tanah yang kupijak dan ku tempati sekarang. Aku adalah daun tua yang kau tempatkan di antah berantah yang akan menunjukan arti dari sebuah keikhlasan yang kau ajarkan. Aku bangga, aku bahagia. Maka dari itu, berbahagialah kamu. Itu akan membantuku.

*ANJI-Berhenti di kamu, lagu yang menginspirasi tulisan ini.
            Jika memang kau terlahir hanya untukku, bawalah hatiku dan cepat kembali. Di dunia ini segala sesuatu akan saling tarik menarik, mengorbit pada takdirnya. Jika kita ditakdirkan bersama, benang setipis sutra pun tak akan bisa menghalangi.

2 komentar:

Posting Komentar