CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 07 Maret 2012

Galau Mu Berakhir Ais, dan Kami Belum


Hey kalian, taukah bahwa pada awalnya, aku merasa paling “tak baik” diantara kalian. Kamu, Ais, seorang yang lembut. Anak pertama dari 4 bersaudara menuntutmu untuk  berpikir dewasa dan mandiri. Selain itu kamu juga feminim, ramah pada siapa pun. Beda sekali dengan aku. Kamu tahu sendiri kan Ais aku seperti apa, seperti bidadari tanah yang kau katakana dulu. Begitupun kamu Re, kamu sangat supel, bisa melebur dengan orang-orang yang baru kamu kenal, mojang Subang yang ramah, walaupun agak "riweuh" tetap saja kamu terlihat sederhana. Oh, ya satu lagi. Kalian itu sangat sabar. Sangat penting bagiku untuk menggarisbawahinya. Toh, kalian memang benar-benar sangat  sabar, sampai-sampai aku panas sendiri kalau ada yang memang “harus ditegasi”. Tapi kalian dengan wajah santai masih saja tetap tersenyum dan bilang “sabar”. Oh… kadang aku bertanya sendiri, hati kalian itu terbuat dari apa sihhh??
Saat membayangkan kalian itu, aku lihat diriku sendiri. Bawel, ambisius, egois, moody, dan ya! Jutek. Berbanding terbalik sekali dengan kalian kan? Hahaha, aku saja tertawa sendiri. Bagaikan langit dan bumi. Persahabatan kita ini bisa dibilang aneh.
Diantara kalian akulah yang paling sering mengeluh. Mengeluhkan banyak hal. Mulai dari masalah keluargaku, masalah sekolah, juga maslaah hati. Untuk urusan hati, aku sangat amat benar-benar merasa bersalah pada Ais. Pasalnya ada yang aku sembunyikan dari dia. Aku tak berani berkata apapun soal yang satu itu. Bahkan sempat aku berbohong besar padanya kalau memang sudah kepepet karena hampir ketahuan. Tapi aku baru sadar, ingat San, Ais itu cerdas! Pasti bisa memprediksikan gerak-gerik kamu! Dan kalau sudah ingat hal itu,aku cuma bisa tutup mata dan tutup telinga. (Ais maafkan aku...).
Aku begitu terbuka pada kamu Re, mungkin karena pembawaannya yang sangat welcome sekali sehingga aku lebih terbuka padamu. Bukannya Ais tidak welcome, tapi ah..aku sudah sangat memenuhi kotak curhat Ais. Aku takut Ais bosan dengan semua bualanku. Apalagi tentang cinta. Oh, tidak tidak, sepertinya sudah cukup.…
Bercerita pada kamu Re, seperti bercerita pada kakak sendiri. Rasanya menenangkan. Kamu jarang menghakimi maupun menyalahkan. Kadang, kamu mengingatkan dengan cara halus, halus sekali sampai-sampai aku merasa seperti tidak ditegur atau diingatkan. Semuanya berjalan seperti air mengalir, lembut, tak ada paksaan. Dan selalu seperti itu Re, aku selalu senang banyak-banyak berceloteh denganmu. Tentang apapun itu,apapun.
Sekarang, umurku sudah menginjak kepala dua. Dua tahun lebih kita terpisah, menapaki jalan yang sudah Allah tentukan. Jalan yang kadang kita gerutui karena sangat melelahkan, jalan yang tentunya tak diinginkan. Tapi ingat lagi sahabat, kita telah memilih, oh bukan, tepatnya dipilihkan. Dan tentu pilihanNya adalah pilihan yang terbaik. Kita akan merasakannya! Entah sekarang, entah di masa depan. Dan aku selalu senang kita masih saling bertegur sapa. Saling menguatkan, saling mengingatkan, saling meluruskan dan memperbaharui niat seperti dulu.
Ais, kamu sekarang terlihat bahagia dengan kehidupan barumu itu, bersama orang yang lebih dari sekedar sahabat, bersama malaikat kecil yang akan selalu ada dalam tiap untaian doamu. Merasakan harmoni indah seorang ibu dan seorang istri. Ah… kau temukan juga kan bahagiamu itu? Galaumu berakhir. Tangis sedihmu sudah berganti menjadi seringai senyum bak pelangi sehabis hujan. Kamu akan bahagia. Akan selalu bahagia,itulah harapku.
Re, kita masih harus berjuang menemukan pangeran berkuda putih itu. Kamu lihat juga kan Ais seudah berongkang-ongkang kaki diatas sana. Kita masih harus berjalan, memantaskan diri untuk orang yang kita dambakan. Masih harus berbisik dalam doa-doa kepadaNya ketika rindu melanda. Bukan berarti Ais senang-senang saja disana, dia sudah punya tanggung jawab yang begitu besar dan Allah telah menganggap dia mampu. Kita juga masih “digodok” untuk bisa mampu seperti Ais! Semangat Re! kita harus sukses! Bereskan dulu tunggakkan pada orang tua, kuliah. Fokus dulu, sukses dulu.
*Semoga bisnismu yang sekarang lancar Re J
                Pada akhirnya, anak-anak sungai akan bermuara ke laut, pada akhirnya langkah-langkah kecil akan mencapai puncak gunung tertinggi. Yakin, harus yakin. Terbanglah para bidadari!