CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 29 Mei 2012

Mengertikah Kamu?

Mengertikah kamu, aku seperti ini karena kamu diam, karena kamu tak memberi kepastian.
Taukah kamu bagaimana takutnya akau kamu tinggalkan lagi? Taukah kamu putus asanya aku seperti apa?
Bicaralah, agar tak ada lagi kesalahpahaman.
Yakinkanlah, agar aku mau untuk tetap bertahan.
Sudahlah, semuanya sudah terjadi.
Kau membuang cincinnya kan? Sudahlah, terserah. Aku lelah.

Selasa, 22 Mei 2012

Lelahku Hilang

Wah, hebat. Pesonanya langsung saja masuk ke lapisan bawah kulit jangatku. Matanya meneduhkan, apalagi senyumnya. Benang-benang kusut yang dari kemarin membelit otot-otot otakku seketika lenyap. Melihatnya seperti ini saja sudah membuatku merasa takjub. Seolah-olah aku diberi energi berkilo-kilo Joule, rasa lelah dan penat tersembunyi entah dimana, yang pasti bukan di wajah dan pikiranku. Entah, mengalir begitu saja. 

Melihat tawanya, aku terhipnotis, seolah dia cerminanku. Dia tersenyum aku pun ikut tersenyum. Bola mata dan alisnya bergerak, dengan refleks ku ikuti geraknya. Ah, dia memang menawan. Apalagi bibirnya yang kecil dan tipis itu, ingin sekali aku mengecupnya. Rambutnya yang ikal dan kulitnya yang putih bersih itu terlihat bersinar saja dimataku. Menikmati pemandangan itu membuatku tak ingin beranjak. Aku semakin jatuh cinta.

Tiba-tiba saja ada tangan yang memegang bahuku lalu berbisik lembut di telingaku,
"Sudah Pulang? Sedang apa berdiri di sini? Ayo masuk. Lihat Bayu di situ, sudah ku mandikan. Dia menanyakanmu Bu"

"Wah Bayu pasti sudah wangi sekali. Maaf ya Yah, tadi ada sedikit masalah di kantor, jadi telat deh..."
Lelaki yang berdiri dihadapanku itu tersenyum, mengingatkanku pada senyum Bayu, lalu dia mendekat, menatap mataku, merangkul pinggangku dan mengecup keningku. "Tak apa, Ibu terlihat lelah. Mandilah dulu, lalu kita makan bersama". Aku tersenyum saja membalas tatapan hangatnya. Aku semakin cinta, semakin jatuh cinta.


#cerita 4 tahun lagi, semoga, amin :)

Minggu, 20 Mei 2012

Kesakitanku MenggugatMu.

Tuhan yang baik, aku hanya tidak habis pikir. Apa sebenarnya yang Kau rencanakan? Apa yang membuatMu memutuskan semuanya harus terjadi seperti ini? Apa kau tak kasihan padaku?

Tuhan yang Maha segalanya, kemarin aku sudah cukup tenang tanpa dia. Aku sudah belajar bebas dari bayangnya. Aku sangat berusaha untuk hal itu. Tidakkah Kau melihat itu?

Tuhan yang sangat aku puja, aku tidak meragukan segala rencanamu, tapi apakah tak ada sedikit "upah" atas upaya yang kulakukan untuk menjauh dari dia? kenapa Kau pertemukan kami lagi Tuhan?

Tuhan, jika memang hidupku dan segalanya tentang aku harus terpusat kearahnya, mengapa harus ada rasa sakit yang luar biasa ini atas segala bentuk pengabaiannya? Dia hanya mempermainkan aku Tuhan, berkali-kali. Sudah cukup Tuhan, Ku mohon....

Tuhan, sudah ku coba menutup mata ini atas apapun yang dia lakukan, dengan siapa dia, dimanapun dia. Rasa itu memang tidak langsung  hilang seketika, pasti perlahan-lahan. Dan Kau tahu? Aku sungguh berusaha benar membuang serpihan-serpihan kesakitan itu. Melepaskan yang tak mau kulepas itu butuh pengorbanan yang besar. Apakah kau tak melihat itu?

Tuhan, cara pikirku yang sedang berkembang dan cara pikirnya yang sudah rigid itu tidak bisa disatukan. Kami sama-sama memberi beban satu sama lain. Memaksakan hatinya yang tidak pernah bisa untuk aku itu suatu pelecehan hak azasi. Pantaskah aku berbicara padaMu tentang hak azasi yang sebenaranya telah kau ciptakan sendiri? Tuhan, ampuni aku, maafkan aku atas segala kelancangan hatiku ini.

Tuhan, aku ingin bahagia. Apakah Kau pikir bahagiaku adalah dengannya? Aku berharap seperti itu. Tapi dia tidak Tuhan, dia tidak berpikir seperti itu. Apa yang harus kulakukan?

Tuhan, kebuntuan otakku saat ini membuatku malas bercerita tentang masa depan, terlalu malas untuk percaya. Aku putus asa diantara ketidakpastian ini. Ingin aku menyentuhnya, tapi tetap tak bisa. Dia selalu menghindar. Dan Kau tetap diam saja Tuhan. Lihat aku, meringkuk dalam kegalauan, menjerit sesakit-sakitnya.

Bertahan? Apakah itu suatu kebenaran? Apakah itu suatu hal yang berguna? Jika sia-sia, izinkan aku berusaha sekali lagi untuk melupakan dan melepaskan semua kesakitan ini Tuhan. Tapi Tuhan, jangan bilang lagi aku akan dipertemukan dengan dia atau orang yang seperti dia. Lukaku akan semakin dalam.

Tuhan, aku menggugatmu atas hal ini. Maafkan aku tuhan, aku Hambamu yang tak tahu diri, Hambamu yang lancang, Hambamu yang selalu takut dengan kesakitan.
Aku menuntutmu untuk menyembuhkan pesakitanku. Aku menggugatMu.


Selasa, 15 Mei 2012

Sayang, Aku Tidak Suka.

Sayang, aku tak senang jika kamu memakai kalimat yang sama saat berbicara padaku. Kalimat yang sama seperti yang sering kamu katakan pada semua selir-selirmu. Culik? ah..itu kata obralanmu. Bisakah kau mengganti kata "culik" yang artinya "jalan" dengan kalimat baru yang hanya untukku? aku bukan aku yang dulu sayang, bukan aku yang dengan mudah kamu tinggalkan. Aku tidak akan bergantung lagi padamu. Sehingga saat kamu pergi lagi aku tak akan meraung dan meratap seperti dulu. Aku adalah aku yang sekarang.

Sayang, semoga apa yang kamu lakukan untuk masa depanmu dipermudah. Dengan siapa kamu pada akhirnya, aku berharap kamu kuat dan bahagia. Dan jika itu denganku, aku akan menggenggam erat tanganmu, melepaskan semua bebanmu itu. Aku tau kamu bukan yang terbaik, begitupun sebaliknya. Tapi tetap saja aku akan meraihmu, mewujudkan semua mimpi aku dan kamu. Biar cinta yang sempurnakan kita, biar cinta yang dewasakan kita. Aku rindu kamu.

Minggu, 06 Mei 2012

Ter-Jlebbb

Lalallalalla.....
My shattered dreams and broken
Heart are mending on the shelf.
I saw you holding hands standing so close to someone else.
Now I sit all alone, wishing all my feeling was gone.
I'd give my best to you
Nothing for me to do
But have one last cry.

One last cry
Before I leave it all behind
I've gotta put you out of my mind,this time
Stop living a lie.
I guess I'm down to one last cry.

Cry

I was here,you were there.
Guess we never could agree.
While the sun shines on you,
I need some love to rain on me.
Still, I sit all alone,
Wishing all my feelings were gone.
Gotta get over you.
Nothing for me to do
But have one last cry.

I know I gotta be strong,
But 'round me
Life goes on and on and on, and on
I'm gonna dry my eyes
Right after I have my one last cry.

Lalalallala....




Maybe you're wondering
meaning of my attention toward you.
Bet you guessed
What was implicit in my movements
I am the fragments of your past stories
Who just want to know how you were.
I never mean to bother you
Disturb the tranquility of your life
Just not easy for me to forget you
And go away

Give a little time
I used to order
Breathe without you.......

Sabtu, 05 Mei 2012

Berhenti Di Kamu


Tiap aku mendengar suara kamu
Rasanya mau bilang iya
Maafkan kamu, terima kamu kembali                                 
Ya, ya,ya aku ingin sekali bilang iya, bilang bahwa aku masih sama seperti hatiku yang dulu, masih memiliki hal yang selalu akan baru dan satu rasa, -suka-, setiap melihat matamu, tak ada rasa yang lain. Lukaku dulu hilang sekejap, berganti dengan bunga-bunga dan petasan-petasan kecil yang memeriahkan kedatangan kamu lagi. Ingin aku maafkan..ingin aku kembali.

Aku tahu kamu sangat menyesal
Walaupun kamu tak menyebut namaku saat pertemuan singkat itu, rasanya aku sudah mendengar kamu memanggil aku dengan sangat keras dalam hatimu. Aku mendengarnya dari bisikan matamu itu, aku mendengar tak hanya namaku yang kau sebut. Ada satu kata yang samar-samar kulihat dari sorotmu yang kerap kau sembunyikan saat aku mengajakmu berceloteh. Rindu, ya walaupun terdengar samar, tapi aku masih bisa merasakannya sedikit. Maaf, hanya sedikit. Karena aku hanya mencurinya sedikit, tak ingin berlebih. Sesal? Ku rasa ada, kasihan? Juga ada. Takut? Banyak. Matamu banyak menunjukan rasa takut. Entah ketakutan apa, aku juga tidak mengerti.

Akupun juga tak sempurna
Ya, akupun tak sempurna, tak akan bisa menebak apa yang ada di balik kelopak matamu itu. Tak bisa mencuri hal yang lebih banyak lagi. Dan sikapmu yang dingin itu membuatku tidak nyaman. Pernah aku bilang, “tinggalin aja, pulang aja, sebentar lagi ini, pasti aku bisa ko sendirian”. Dan kamu hanya menggeleng. Terpaksakah kamu? Sudahlah…
Jalan pikiranmu itu, kadang membuatku putus asa, namun tetap saja pada akhirnya aku ingin mendalami, menyadari banyak logika-logika yang tidak terprediksi sebelumnya ada di pikiranmu.
Aku tak berani lagi mencuri-curi informasi dari matamu. Aku ketakutan. Ya, sangat ketakutan saat itu. Takut kamu membongkar semua isi hatiku lewat mataku yang tidak bisa bohong ini . Pernahkah kamu dengar bahwa mata adalah cerminan hati? Aku percaya, walaupun kamu mengelak, aku akan mengikuti caramu menyembunyikannya, walau sebenarnya aku sudah tahu, aku akan berpura-pura tidak tahu.
Aku putuskan untuk tidak lagi menatap mata saat mengobrol denganmu. Seperti orang bodoh saat itu, tak ada topik yang cocok untuk dibicarakan. Kita mematung dalam kerumunan orang banyak.

Cerita kita tiada yang bisa gantikan
Hhhhhh….ya…dari sisi aku, cerita kita tak akan ada yang bisa gantikan, tak akan ada lagi yang bisa seperti kamu. Kamu hal pertama, rasa pertama, dan harapan pertama sejak aku menginjak remaja. Aku mungkin tak ada artinya dimata kamu. Aku tak lebih dari daun yang jatuh dari pohon yang sempat kau bawa terbang dan kau tinggalkan ditempat antah berantah, yang memaksaku untuk jadi seperti sekarang ini. Spekulasiku tentang kamu terlalu tinggi, dan banyak perkiraanku tentang kamu yang meleset. Aku tau pada akhirnya kecewa yang akan aku dapat. Aku sangat menyadari.

Namun ada satu yang terjadi
Hatiku cinta kamu tapi
Tak bisa mau kembali lagi, ulang semua
Tapi, sesenang apapun aku saat pertemuan itu, aku harus kembali lagi melihat posisi aku yang sekarang ini. Aku sangat menyadari. Setelah kemarau memberi jeda panjang, anginku tak lagi kamu, hujanku tak lagi hujanmu, tanahku tak lagi daerahmu. Aku tidak tahu bagaimana rasanya terbang terbawa angin bebas lepas seperti dulu. Itu dari sisi aku.
Tak bisa, tak bisa mau kembali lagi. Karena takut tak bisa merasakan ketenangan seperti dulu, terlalu takut kamu pergi lagi menyapu dedaunan yang lebih hijau itu. Aku tahu, sangat tahu. Aku tak lebih dari daun tua, tak hijau semerona mereka. Aku terlalu takut. Jika kamu lebih menemukan jati diri dengan tidak bersamaku, bukankah itu akan lebih baik? Jika kamu tidak menemukan kenyamanan dan kepuasan saat dengan aku, semuanya akan sia-sia. Kamu baik, aku juga akan baik walau akan berat, tapi saat aku mengingat bahwa kamu baik-baik saja, aku berharap akan kuat. Ah……

Aku tak mau lukai kamu
Aku menyayangi kamu, terlalu. Tak mau lukai, lebih ke tak ingin jadi bebanmu. Ini caraku menyayangimu. Kau mengerti kan maksud dari beban itu? Tak bisa dideskripsikan. Cuma kamu, aku, dan Tuhan yang tahu. 

Tubuhku butuh kamu
Tapi tak bisa rasa seperti dulu
Tubuhku, hatiku, otakku akan bekerja lebih keras dan bijaksana saat dekat denganmu, saat kamu ada disampingku member impuls positif yang membangun pribadi menjadi sosok yang lebih dewasa dari sebelumnya. Rasa itu masih ada, dan akan selalu ada sampai tua mungkin, tapi tak bisa seistimewa dulu. Tanpamu, awalnya seperti kehilangan kedua tangan dan akal, tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melihat dan berjalan tak tentu arah, dan itu karena kamu. Aku tidak menyalahkanmu atas hal ini. Hanya sekedar menegaskan, bahwa dulu, tidak ada hal yang membuat aku seperti itu selain kamu. Bukan karena orang lain, karena kamu. Aku hanya tertuju padamu, aku setia. Walaupun aku bukan bagian dari hatimu, bukan bagian dari pikiranmu, aku akan terima.

Rusak sudah aku
Aku rusak, patah, parah. Ya, jelas...sangat rusak saat kamu pergi. Pernah kamu kembali lagi dimusim gugur itu, dan harapku masih besar pada saat itu. Aku ingin lagi kau ajak terbang, namun sayang, kamu ulangi tinggalkan aku. Aku sudah tidak bisa menangis. Untuk apa? Karena rusaknya aku? hatiku? Apakah dengan menangis akan membuatmu kembali? Dan aku kembali belajar meski belum bisa tersenyum melihatmu terbang dengan daun-daun itu di musim yang sama. Apapun alasanmu saat meninggalkanku aku malas mendengarnya. Untuk kebaikan aku? kebaikan yang mana? Apakah kamu bisa menjamin dengan aku tidak bersama kamu aku akan bahagia, oh, ayolah, kamu bukan Tuhan.

Kalau ku ingat-ingat lagi sayang
Hatiku berhenti di kamu
Dengan semua yang sudah kita alami bersama, tak salah kan kalau aku bilang aku sudah stuck in you. Senyummu, kebaikanmu, matamu, sentuhmu seperti udara.  Susah sekali aku mengganti peranmu sebagai udara. Aku mati dalam hidup. Aku hidup dalam mati.
Aku selalu membandingkan segala sesuatu hal yang baru dengan kamu. Jika tak seperti kamu, aku tinggalkan. Pembodohan kan? Pembodohan untuk pembelajaran. Belajar untuk menyadari tak akan ada yang sama di dunia ini. Tak ada yang sama, tak ada yang selamanya. Aku beruntung kau tak pernah berkata selamanya. Karena selamanya adalah sesuatu pembodohan. Di dunia ini tak ada yang selamanya. Dunia ini fana, musnah, roboh, tak kekal. Termasuk janji. Aku merasa kamu pernah berjanji, dengan menyebut nama Tuhan yang sangat aku junjung tinggi. Ingatkah kamu? Saat senja itu? Lupa? Sudahlah, aku sudah menduganya.
Ya, hatiku berhenti di kamu.

Cerita kita tiada yang bisa gantikan
You still the best. Sekali lagi, aku katakan cerita kita tidak ada yang bisa gantikan, masa depanku, suamiku nanti, atau siapapun itu. Kamu akan ada di satu tempat, yang harus aku simpan dan jaga baik-baik. Pada akhirnya nanti, kita akan saling mengingat dalam heningnya jeda. Hanya mengingat ,walau mungkin masih ada rindu. Tapi tak untuk memiliki, hanya mengenang. Tak untuk dibicarkan hanya untuk dirasakan. Sesakit dan seburuk atau seindah apapun itu, aku sangat berterimaksih. Karena kamu, matipun aku akan berguna, untuk tanah yang kupijak dan ku tempati sekarang. Aku adalah daun tua yang kau tempatkan di antah berantah yang akan menunjukan arti dari sebuah keikhlasan yang kau ajarkan. Aku bangga, aku bahagia. Maka dari itu, berbahagialah kamu. Itu akan membantuku.

*ANJI-Berhenti di kamu, lagu yang menginspirasi tulisan ini.
            Jika memang kau terlahir hanya untukku, bawalah hatiku dan cepat kembali. Di dunia ini segala sesuatu akan saling tarik menarik, mengorbit pada takdirnya. Jika kita ditakdirkan bersama, benang setipis sutra pun tak akan bisa menghalangi.